Showing posts with label TAUSHIAH. Show all posts
Showing posts with label TAUSHIAH. Show all posts

Wednesday, March 11, 2015

Hadirkanlah Allah

Profesor: "Jika Allah menciptakan segalanya, berarti Allah juga menciptakan kejahatan"

(Semua terdiam, kesulitan menjawab hipotesis profesor itu).

Tiba², suara seorang mahasiswa memecah kesunyian.

Mahasiswa: "Prof, saya ingin bertanya. Apakah dingin itu ada?"

Profesor: "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja, dingin itu ada"

Mahasiswa: "Prof, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yg kita anggap dingin sebenarnya adalah ketiadaan panas. Suhu -460 derajat Fahrenheit adalah ketiadaan panas sama sekali. Semua partikel menjadi diam, tidak bisa bereaksi pd suhu tsb. Kita menciptakan kata 'dingin' untuk mengungkapkan ketiadaan panas. Selanjutnya, apakah gelap itu ada?"

Profesor: "Tentu saja ada!"

Mahasiswa "Anda salah, Prof! Gelap jg tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana tiada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, sedangkan gelap tidak bisa. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk mengurai cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari panjang gelombang setiap warna. Tapi, Anda tdk bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur melalui berapa besar intensitas cahaya di ruangan itu. Kata 'gelap' dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan cahaya. Jadi, apakah kejahatan/kemaksiatan itu ada?"

Profesor mulai bimbang, tp menjawab: "Tentu saja ada"

Mahasiswa: "Sekali lagi anda salah. Kejahatan itu tidak ada. Allah tidak menciptakan kejahatan/kemaksiatan. Seperti dingin & gelap, 'kejahatan' adalah kata yg dipakai manusia utk menggambarkan ketiadaan Allah dalam dirinya. Kejahatan adalah hasil dr tidak hadirnya Allah dlm hati manusia.

(Profesor terpaku & terdiam! )

Dosa terjadi krn manusia lupa hadirkan Allah dlm hatinya..

Hadirkan Allah dlm hati pd setiap saat, maka akan selamat.... Itulah IMAN..

SESUNGGUHNYA DOSA ITU LAHIR SAAT IMAN TIDAK HADIR DALAM HATI KITA..

Sunday, March 8, 2015

Maiyatullah dan Optimisme Kader Dakwah


Islam Universal - Taujihat ini ditujukan kepada seluruh prajurit dakwah dimanapun berada, yang pantang mengenal lelah walaupun harus mendaki gunung dan mengarungi lautan agar keharuman dakwah Islam dinikmati seantero dunia

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah, Masih amat membekas di benak kita kisah tentang keteladanan seorang penggembala kambing di zaman Khalifah Umar ra. Inilah sosok pemuda yang akan terus menjadi ‘icon’ dakwah sepanjang masa. Betapa tidak, di tengah himpitan dan kerasnya pergulatan hidup ini tidak sekeping pun dari keimanannya, keyakinannya digadai, ditukar atau bahkan dijual demi mendapatkan kenikmatan hidup yang sesaat ini. Yang menarik dari kisah ini adalah kata kunci yang menjadi eye catching dari keseluruhan kisah ini yaitu “fa aina Allah?”. Kalimat sederhana itu mengalir dari lidah tegar penuh optimis seorang mukmin sejati. Kalimat “fa aina Allah”’ itu tidak dialamatkan untuk mencuri perhatian Khalifah Umar ra. atau sengaja ditujukan untuk mencari muka carmuk-- seperti yang sering dipertontonkan kebanyakan masyarakat di negeri ini saat kunjungan para pejabat ke mereka. Dia tidak lahir begitu saja, akan tetapi kalimat spektakuler ini dilafalkan dari sanubari hati yang paling dalam karena mahabbah kepada Allah swt.

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah, Demikianlah sikap kita dalam menjalani kehidupan dakwah ini. Sepanjang kultur “fa aina Allah” telah meresap dalam-dalam pada diri kita, inilah modal awal kita membangun optimisme dakwah. Bayangkan, seorang penggembala kambing yang hidup di tengah gurun, jauh dari pantauan siapa pun, tidak tersentuh teknologi tinggi --350 tahun lalu mampu merekonstruksi ma’iyatullah begitu indah. Sudah barang tentu tidak sulit bagi kita merekonstruksi dan menghayati nilai-nilai ma’iyatullah di era teknologi informasi sekarang ini. Allah swt. sudah pasti dan selalu menyertai hamba-hamba-Nya yang beramal, bergerak, berjuang, dan berjihad demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Keyakinan ini sudah selayaknya menghujam pada diri kita, “Intanshurullah yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum.” (Muhammad: 10); “Alladziina jaahadu fiina lanahdiyannahum subuulana wa innalaaha la ma’al muhsinin.”(Al-Ankabut: 29).



Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah, Ma’iyatullah harus diartikan bahwa perjuangan menegakkan dien yang hak melalui jalan dakwah dengan ahdaf dan qararat di dalamnya pasti didukung, ditolong, dan dibela Allah swt. beserta bala tentaranya. Inilah fondasi dalam merangkai optimisme untuk memetik kemenangan demi kemenangan di jalan dakwah ilallah. Tidak boleh sedikit pun terbesit keputusasaan, pesimistis dan kehilangan harapan di dalam diri kita. Bahkan, sifat seperti ini dilarang Allah, “...walaa tahinuu fibthigho’il qoum…(An-Nisaa’: 104). Ma’iyatullah selalu berbuah ta’yidullah. Artinya, dukungan dan pertolongan berupa apa saja pasti Allah berikan kepada pembela, penolong, dan penegak dienullah ini.

Sepertiga Malam

Allah SWT berfirman;
والَّذِينَ يَبِيْتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وقِيَمًا

"Dan org yang melalui malam hari dgn bersujud dan berdiri utk Tuhan mereka." (QS Al-Furqan:64)

Ibnu Abbas ra., berkata,"siapa mengerjakan shalat dua rakaat atau lebih sesudah Isya' maka ia tlah melakukan bayat kpd Allah, dgn sujud dan qiyam".

Sayyid Qutb rahimahullah berkata, " mereka bangun utk shalat malam (shalat witir), bertahajjud dan berdoa kpd Allah SWT."

Saudaraku, masalah hidup semakin banyak, tugas dakwah semakin menumpuk maka kita butuh kekuatan utk memikulnya, butuh kelapangn dada utk menyimpannya, butuh tangan kokoh utk memegangnya. Maka semua itu ada pd sepertiga malam, dimana pr nabi, pr mujahid, pr pejuang dakwah selalu menikmati malam2 itu utk mengadu mengeluh,meminta, berharap kekuatan, kekokohan, keteguhan, kelembutan dan kemenangan dr Rabb Allah SWT.
Hati seseorang akan tertaut dgn kebaikan dakwah manakala kekuatan dan cas keimanan mlm hari masih terasa di sianh hari..
La haula wala quwwata illa billah..

penulis: abu sayyid_timika Papua

Friday, March 6, 2015

Karena Maksiat

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

وَمِنْهَا تَعْسِيْرُ أُمُوْرِهِ عَلَيْهِ فَلاَ يَتَوَجَّهُ لِأَمْرٍ إِلاَّ يَجِدُهُ مُغْلَقًا دُوْنَهُ أَوْ مُتَعَسِّراً عَلَيْهِ, وَهَذَا كَمَا أَنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ جَعَلَ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا, فَمَنْ عَطَّلَ التَّقْوَى جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ عُسْرًا, وَيَالله الْعَجَب كَيْفَ يَجِدُ الْعَبْدُ أَبْوَابَ الْخَيْرِ وَالْمَصَالِحِ مَسْدُوْدَةً عَنْهُ مُتَعَسِّرَةً عَلَيْهِ وَهُوَ لاَ يَعْلَمُ مِنْ أَيْنَ أَتَى

"Diantara dampak seseorang bermaksiat adalah Allah menyulitkan urusannya, maka tidaklah ia menuju suatu urusan kecuali ia mendapati urusan tsb tertutup baginya, sulit utk ditempuhnya. Hal ini sebagaimana bahwasanya barangsiapa yg bertakwa kpd Allah maka Allah akan memudahkan urusannya. Barangsiapa yg membuang ketakwaannya maka Allah akan menyulitkan urusannya. Sungguh mengherankan bagaimana seorang hamba mendapati pintu-pintu kebaikan & kemaslahatan telah tertutup di hadapannya & sulit baginya, lantas ia tdk tahu kenapa bisa hal ini menimpanya?!"
(Al-Jawaab al-Kaafi)

Maka jika anda merasa urusan2 anda sulit & terhambat bahkan sering gagal.. maka koreksilah diri anda…jangan2 pakaian ketakwaan anda mulai anda tanggalkan sedikit demi sedikit.

Sebaliknya jika anda dimudahkan urusannya.. bahkan datang rizki dari arah yg tidak disangka2, maka smg itu semua adalah kabar baik akan pertanda ketakwaan anda. Allah berfirman

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

"Barangsiapa bertakwa kpd Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yg bertawakkal kpd Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya" (QS At-Tholaaq :2-3)

Adapun jika anda terus bermaksiat akan tetapi rizki & urusan terus lancar maka waspadalah.. jangan2 itu adalah istidroj.

Oleh : أُسْتَاذُ Firanda Andirja. MA حفظه الله تعالى

------

Thursday, March 5, 2015

Doa Yang Mustajab

Dari Abu Darda ra., bhwsannya Rasulullah SAW bersabda;

دعوَةُ المَرْ ءِ المُسلمِ لِأَخِيهِ بِظهْرِ الغَيبِ مُستجا بةٌ، عند رَأْسهِ موَكَّلٌ كُلَّما دعا لأَخيهِ بِخيرٍ قال الملكُ المُوَكَّلُ به: ولكَ بمثْلٍ ( رواه المسلم )

" Doa orng yg Muslim utk saudaranya di luar pengetahuan org yg didoakan itu adalah doa yg mustajab. Di atas kepala org yg berdoa itu ada malaikat yg ditugaskn utk mengawasi, dimana tiap kali ia memohon kebaikan utk saudaranya tersebut, maka malaikat tadi menyambutnya dgn perkataan, ' Aamiin,wa laka bimitslin' ( Ya Allah kabulkanlah permo
honan ini dan untukmu ( org yg mendoakan) adalah seperti permohonan yg kamu mintakan." (HR Muslim)

Saudaraku, marilah kita perbanyk mendoakan saudara2 kita, terutam yg jauh dr kita krn doany pasti di kabulkan Allah SWT trutama di hari jumat yg berkah ini..

(encep ibnu shalih)َ

Sunday, January 25, 2015

Menangguhkan Kenikmatan Di Dunia


Universal Islam - Suatu hari Umar ibnu khaththab ra, masuk menemui Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- di dalam rumahnya, sebuah ruangan yang lebih layak disebut bilik kecil disisi masjid nabawi. Di dalam bilik sederhana itu, beliau mendapati Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- sedang tidur di atas tikar kasar hingga gurat-gurat tikar itu membekas di badan beliau.

Spontan keadaan ini membuat Umar menitikkan air mata karena merasa iba dengan kondisi Rasulullah.

"Mengapa engkau menangis, ya Umar?" tanya Rasulullah.

"Bagaimana saya tidak menangis, Kisra dan Kaisar duduk di atas singgasana bertatakan emas, sementara tikar ini telah menimbulkan bekas di tubuhmu, ya Rasulullah. Padahal engkau adalah kekasih-Nya," jawab Umar.

Rasulullah kemudian menghibur Umar, beliau bersabda: "Mereka adalah kaum yang kesenangannya telah disegerakan sekarang juga, dan tak lama lagi akan sirna, tidakkah engkau rela mereka memiliki dunia sementara kita memiliki akhirat…? ".

Beliau shallallahu alaihi wasallam melanjutkan lagi, "Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang bepergian di bawah terik panas. Dia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya."

Saudaraku...
Amal kita hari ini menentukan esok dan lusa..
Kondisi hati kita saat ini menentukan sikap kita di akhirat kelak saat dihadapan Allah SWT..
Niat kita saat ini menjadi pijakan langkah jauh atau dekatnya dgn keridhaan Allah SWT..
Smoga apa yg kita lakukan saat ini lebih bermutu,berkwalitas..mumtaz dihadapan Allah SWT..

penulis: Ustadz Encep Ibnu Shalih - Dai Papua

Friday, January 23, 2015

Bila Berjodoh Bukan Dengan Lelaki Kaya


La tahzan, jangan bersedih…
Jangan bersedih jika suamimu belum dikehendaki Allah menjadi orang kaya.

وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ


 “Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki.”(QS. An Nahl: 71)
Bagi pasangan mukmin, kaya dan miskin adalah ujian.

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Untuk menguji kalian siapa yang terbaik amalnya” (QS. Al Mulk : 2)

Berbahagialah jika dalam keterbatasannya, suamimu mengejawentahkan sabar dalam kehidupannya. Berbahagialah jika dalam keterbatasannya, suamimu tetap dekat dengan Rabbnya. Berbahagialah jika dalam keterbatasannya, suamimu tak pernah berputus asa. Selalu berikhtiar memburu rezeki halal, dan pada saat yang sama mengajakmu bertawakkal.

Jangan bersedih jika engkau tidak memiliki pembantu, karena keterbatasan suamimu. Mungkin engkau dibesarkan di keluarga yang sederhana, maka engkau telah terbiasa. Atau engkau sebenarnya adalah anak orang kaya dengan fasilitas yang serba ada. La tahzan. Ada teladan-teladan mulia; baik dari keluarga yang sederhana, atau keluarga yang sebenarnya kaya raya.

Fatimah Az Zahra, putri Rasulullah. Siapakah wanita di dunia sekarang ini yang lebih mulia dari dirinya? Tak ada. Rasulullah telah mendidiknya dalam kesederhanaan. Meskipun Rasulullah banyak rezeki, dengan seringnya mendapat hadiah hingga bagian ghanimah,Rasulullah tak mau menyimpannya untuk keluarga. Makanan datang, beliau mengundang para sahabat terutama ahlus suffah agar menikmatinya. Harta datang, beliau segera membagikannya. Habis. Tak tersisa sebelum tiga hari tiba.

Ketika sudah menikah dengan Ali bin Abu Thalib, kondisi Fatimah tak kalah sederhana. Maklum, suaminya adalah penggemar sedekah. Apapun disedekahkan hingga makanan untuk mengganjal perutnya, tak jadi dimakannya karena ada pengemis yang memintanya.

Fatimah tidak memiliki pembantu hingga dia sendiri yang harus menggiling gandum dan berdua bersama suaminya menuntaskan banyak pekerjaan rumah tangga. Padahal suaminya juga sering keluar berjihad dan berdakwah. Jadilah suatu saat ia merasa lelah dan payah.

Ali yang kasihan lalu berkata dengan penuh cinta, “Ayahmu telah kembali dari medan perang dengan membawa beberapa tawanan. Mintalah satu saja untuk membantumu.”

Tak ada yang salah dengan ide itu. Tetapi Fatimah malu. Malu jika harus meminta kepada ayah yang selama ini mengajarinya hidup bersahaja. Maka Ali memberanikan diri menghadap Rasulullah dan mengutarakan maksudnya.

“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian pinta? Apabila kalian hendak tidur, bacalah tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 33 kali. Semua itu lebih baik daripada seorang pembantu.” Demikian jawab Rasulullah seperti diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Ali kembali pulang. Bukan dengan membawa pembantu, tapi dengan membawa amalan baru. Dan episode kesederhanaan pasangan mulia itu tetap berlanjut, tak terhenti di situ.

Jika Anda dari keluarga kaya, tengoklah Asma’ binti Abu Bakar. Menurut banyak ulama, kekayaan Abu Bakar lebih banyak daripada kekayaan Utsman bin Affan. Dibesarkan di lingkungan keluarga saudagar, tidak lantas membuat Asma’ menjadi manja dan menuntut gemerlapnya dunia kepada suaminya.

Asma’ yang kemudian menikah dengan Zubair, juga mengecap hidup dalam keterbatasan. Ia rajin melakukan pekerjaan rumah tangga, membuat adonan roti hingga merawat kuda, satu-satunya harta milik Zubair. Bahkan demi merawat kuda itu, Asma’ perlu mengangkat biji-bijian di atas kepalanya dari tempat yang jauh, sejauh sembilan mil.

Suatu ketika Rasulullah melewati Asma’ yang sedang membawa biji-bijian di atas kepalanya. Merasa kasihan, Rasulullah memerintahkan untanya merunduk dan memberi isyarat agar saudari iparnya itu menumpang di belakangnya. Tapi Asma’ tidak mau.

Ketika Zubair mengetahuinya, ia bertanya alasan Asma’ tidak mau. “Aku merasa malu dan mengetahui kecumburuanmu,” jawab putri Abu Bakar itu.
“Demi Allah,” kata Zubair, “kamu membawa biji-bijian di atas kepalamu lebih berat bagiku daripada menunggang unta bersama Rasulullah.”

Wahai saudariku muslimah…
Inilah pribadi-pribadi teladan. Dalam kesederhanaan, mereka menemukan kemuliaan. Dalam keterbatasan harta, mereka menemukan kemelimpahan jiwa. Dalam kelelahan, mereka menemukan kebahagiaan. Merekalah pasangan-pasangan penuh cinta di dunia, dan akan abadi hingga ke surga.

Dengan izin Allah, engkau pun bisa. Engkau dan suamimu pasti bisa. La tahzan.

sumber: dakwahmedia

Monday, January 5, 2015

Bahayanya Riya Dalam Ibadah


 Universal Islam - “Sesungguhnya orang-orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah: [Yang pertama] Seorang lelaki yang telah berjuang demi mencari mati syahid. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya.
Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu sampai aku menemui mati syahid.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu berperang agar disebut-sebut sebagai pemberani, dan sebutan itu telah kamu peroleh di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.
[Yang kedua] Seorang lelaki yang menimba ilmu dan mengajarkannya serta pandai membaca/menghafal al-Qur’an. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya.
Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Aku menimba ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca/menghafal al-Qur’an di jalan-Mu.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu menimba ilmu agar disebut-sebut sebagai orang alim, dan kamu membaca al-Qur’an agar disebut sebagai qari’. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.
[Yang ketiga] Seorang lelaki yang diberi kelapangan oleh Allah serta mendapatkan karunia berupa segala macam bentuk harta. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya.
Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Tidak ada satupun kesempatan yang Engkau cintai agar hamba-Mu berinfak padanya melainkan aku telah berinfak padanya untuk mencari ridha-Mu.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sesungguhnya kamu berinfak hanya demi mendapatkan sebutan sebagai orang yang dermawan. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.”
(HR. Muslim [1903], lihat Syarh Muslim [6/529-530])

tambahan
"Amilatun nashibah”
artinya :amal-amal yang hanya melelahkan.(Ayat ke3 surah Al Ghosyiyah)..
rangkaian ayat di awal surah ini bercerita ttg
neraka dan para penghuninya.
Ternyata salah satu penyebab orang dimasukan ke neraka adalah sebab amalan yg BANYAK dan beragam tapi
penuh CACAT; baik motif dan
niatnya, maupun kaifiyat yg
tidak sesuai dengan sunnah Rasul saw AstaghfiruLlahal‘adzhim…
Alkisah, ‘Umar bin Khathab menangis saat
mendengar ayat ini.
Alkisah juga, suatu hari Atha As-Salami, seorang Tabi`in bermaksud menjual kain yang telah ditenunnya. Setelah diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan, “Ya, Atha sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya.”
Begitu mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung lalu menangis. Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, “Atha sahabatku, aku mengatakan dengan sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis, maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dengan harga yang pas.”
Tawaran itu dijawabnya, “Wahai sahabatku, engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya? ketahuilah sesungguhnya yang menyebabkan akumenangis bukan karena kain itu. Aku menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya, tetapi di mata engkau sebagai ahlinya ternyata ada cacatnya. “
Begitulah aku menangis kepada Allah dikarenakan aku
menyangka bahwa ibadah yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun ini tidak ada cacatnya, tetapi mungkin di mata Allah sebagai ahli-Nya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis.”
Semoga kita menyadari sedini mungkin tentang amal yang kita lakukan apakah sudah sesuai ataukah tidak. Hanya dengan ilmulah kita akan mengetahui dimana letak kekurangan amal kita.
astagfirullooh wa atuubu ilaih..
Semoga bermanfaat

sumber: FP FB memeislam
Powered by Blogger.